About Course
Kesehatan Mental
Sehat menurut World Health Organization (WHO) adalah: A state of complete physical, mental and social well-being and not merely the absence of disease or infirmity (WHO, 2001). WHO memberikan pengertian tentang sehat sebagai suatu keadaan fisik, mental, dan sosial yang lengkap sejahtera dan tidak semata-mata karena tidak adanya penyakit atau kelemahan. Definisi ini semakin menjelaskan bahwa kesehatan mental merupakan bagian dari kesehatan. Kesehatan mental juga sangat berhubungan dengan kesehatan fisik dan perilaku.
WHO lalu memberikan pengertian tentang kesehatan mental sebagai: A state of well-being in which the individual realizes his or her own abilities, can cope with normal stresses of life, can work productively and fruitfully, and is able to make a contribution to his or her community (WHO, 2001). Kesehatan mental merupakan kondisi dimana individu memiliki kesejahteraan yang tampak dari dirinya yang mampu menyadari potensinya sendiri, memiliki kemampuan untuk mengatasi tekanan hidup normal pada berbagai situasi dalam kehidupan, mampu bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta mampu memberikan kontribusi kepada komunitasnya.
Hirarki Kebutuhan Menurut Abraham Maslow
Penyebab Kondisi Stress Dan Pemicu Gangguan Kesehatan Mental
Wabah pandemi ini memiliki dampak negatif pada kesehatan fisik dan psikologis individu dan masyarakat (Banerjee, 2020; Brooke dkk., 2020; Zhang dkk., 2020). Menurut Brooks dkk. (2020), dampak psikologis selama pandemi diantaranya gangguan stres pascatrauma (post-traumatic stress disorder), kebingungan, kegelisahan, frustrasi, ketakutan akan infeksi, insomnia dan merasa tidak berdaya. Bahkan beberapa psikiatris dan psikolog mencatat hampir semua jenis gangguan mental ringan hingga berat dapat terjadi dalam kondisi pandemik ini. Bahkan kasus xenofobia1 dan kasus bunuh diri karena ketakutan terinfeksi virus sudah mulai bermunculan.
Reaksi kecemasan akan berbeda pada setiap individu. Untuk sebagian orang reaksi kecemasan tidak selalu diiringi oleh reaksi fisiologis. Namun pada orang-orang tertentu, kompleksitas respons dalam kecemasan dapat melibatkan reaksi fisiologis sesaat seperti detak jantung menjadi lebih cepat, berkeringat, sakit perut, sakit kepala, gatal-gatal dan gejala lainnya. Setelah seseorang mulai merasakan kecemasan maka sistem pertahanan diri selanjutnya akan menilai kembali ancaman diiringi dengan usaha untuk mengatasi, mengurangi atau menghilangkan perasaan terancam tersebut. Sesesorang dapat menggunakan pertahanan diri (defence mechanism) dengan meningkatkan aktifitas kognisi atau motorik.
Adaptasi
Situasi global saat ini mirip seperti yang dideskripsikan Alvin Toffler dalam bukunya Future Shock (1970). Ia menjelaskan bahwa kemampuan manusia dalam beradaptasi diuji saat menghadapi berbagai macam perubahan yang terjadi dalam waktu cepat. Dalam situasi pandemi seperti inilah orang diuji kemampuan beradaptasinya menghadapi situasi sulit. Jadi, apa yang harus dilakukan agar kita mampu beradaptasi ?
Adaptasi merupakan kemampuan individu agar dapat melakukan penyesuaian diri pada suatu tempat atau lingkungan yang dipandang sebagai suatu hal yang baru. Adaptasi dapat juga diartikan sebagai proses penyesuaian diri dalam mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi dapat juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan atau keinginan diri (Gerungan, 1996). Kemampuan setiap orang untuk beradaptasi pun berbeda-beda.
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kecepatan dan cara seseorang beradaptasi seperti, kepribadian, usia, pengalaman, proses belajar, kondisi fisik, dan lingkungan (Ali & Asrori, 2011). Oleh karena perbedaan kemampuan beradaptasi pada setiap individu tersebut maka proses adaptasi akan berujung kesuksesan beradaptasi atau kegagalan beradaptasi. Kesuksesan beradaptasi akan melahirkan daya lenting atau resiliensi pada diri seseorang. Sedangkan kegagalan beradaptasi akan berdampak pada penurunan kondisi kesehatan mental.
Namun demikian, ada beberapa tips agar kita dapat mengembangkan kemampuan adaptasi. Berikut tipsnya :
- Melakukan hobi. Hobi merupakan salah satu cara paling utama untuk menghubungkan diri dengan passion kita. Melakukan hobi membuat kita tetap aktif selama di rumah, tidak hanya aktif secara fisik tetapi juga psikis. Ada beberapa alasan mengapa sebaiknya kita setidaknya memiliki satu hal yang bersifat hobi. Salah satunya yang paling utama adalah bisa menjadi medium katarsis alias pelepasan stres, sebab aktivitas dilakukan dengan santai dan antusias.
- Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan baru melalui media online. Konsep pendidikan tradisional telah berubah secara radikal dalam beberapa tahun terakhir. Hadir secara fisik di ruang kelas bukan satu-satunya pilihan belajar lagi – setidaknya tidak dengan munculnya internet dan teknologi baru. Saat ini, Anda memiliki akses ke pendidikan berkualitas kapan pun dan di mana pun Anda mau, selama Anda memiliki akses ke komputer. Kita sekarang memasuki era baru – revolusi pendidikan online apalagi dengan adanya pandemi Covid 19 yang memaksa kita untuk tetap dirumah, maka platform online merupakan pilihan yang paling tepat untuk meningkatkan kemampuan diri.
- Berkumpul bersama keluarga atau teman secara online. Salah satu momen yang selalu dirindukan selama pandemi Covid-19 adalah berkumpul bersama keluarga, teman dan sahabat. Namun, demi mencegah penularan virus Covid 19, protokol untuk menjaga jarak dan menjauhi kerumunan diterapkan sehingga lebih aman untuk melakukan kegiatan kumpul-kumpul secara virtual.
- Memperkuat keyakinan melalui ibadah. Ibadah mampu memperkuat mental kita agar memperkuat hubungan hamba dan Sang Pencipta. Mendidik mental agar kuat dan mengingatkan manusia akan kewajibannya. Ibadah juga melatih diri untuk disiplin. Melalui ibadah-ibadah rutin yang kita lakukan tanpa kita sadari kita sedang melatih mental dan disiplin, meyakini bahwa ada Zat Maha Perkasa yang mengatur kehidupan di alam semesta sehingga kita dapat menempatkan diri sebagai manusia fana yang hidup mengikuti takdir-Nya.
- Ikut serta dalam kegiatan-kegiatan kemanusiaan. Sesungguhnya, pencapaian tertinggi seorang manusia adalah ketika ia merasa berarti (meaningful). Dalam teori Maslow, tingkatannya adalah aktualisasi diri. Agar dapat menjadi berarti maka kita perlu berbuat untuk orang lain dan memberi manfaat. Salah satu kegiatan yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut adalah ikut serta dalam kegiatan-kegiatan kemanusiaan dan membantu orang lain.
Penutup
Jagalah kesehatan jiwa raga kita dengan melakukan kegiatan-kegiatan produktif dan hidup sehat. Namun, jika mengalami guncangan atau peristiwa traumatik yang memerlukan bantuan segeralah menghubungi profesional. Jujurlah pada diri sendiri jika mengalami suasana hati yang kurang baik. Carilah bantuan. Bagi lingkungan sekitar, tingkatkanlah empati untuk membantu saudara-saudara kita yang terperangkap dalam suasana hati yang buruk dengan menjadi teman dan pendengar yang baik sambil mencari jalan keluar bagi masalahnya.
Asrilla Noor
Pegiat Pendidikan Keluarga dan Literasi Digital
Sumber :
taufanyanuar: Maslow’s Hierarchy of Needs
Jurnal Kependudukan Indonesia | Edisi Khusus Demografi dan COVID-19, Juli 2020 | 69-74
Microsoft Word – Mental Health in Emergencies_Indo_2.doc (who.int)
Pandemi dan kemampuan adaptasi – ANTARA News
Hierarki kebutuhan Maslow – Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Menjaga Keseimbangan Diri dengan Melakukan Hobi – Lifestyle Katadata.co.id
Ini 5 Cara Baru agar Kumpul Keluarga Virtual Makin Seru (kompas.com)